Manindaklanjuti postingan sebelumnya, dimana sejatinya kita mempunyai tanggung jawab yang besar akan ilmu yang telah kita dapat. Maksudnya? Dulu, Rasul setelah mendapatkan wahyu dari Allah, Beliau tidak memendamnya hanya untuk diri sendiri, tetapi mendakwahkannya kepada umat sehingga cahaya keimanan menyebar di seantero dunia. Begitu juga para sahabat rasul, yang turut serta menyebarkan benih-benih keimanannya. Lalu, apa hubungannya? Sejatinya, ilmu yang terbaik adalah ilmu yang dapat bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan orang lain juga dapat merasakan dampaknya. Bagaimana caranya? Banyak. Apalagi saat kita menjadi sosok yang dapat berpengaruh bagi banyak orang, bahkan hanya melalui tulisan saja, jika Allah sudah menggerakkan hati seseorang mendapatkan hidayah atau pencerahan, itu sudah menjadi salah satu pintu kebermanfaatan akan ilmu yang telah kita punya. Iya, hanya dari sebuah tulisan. Bagaimana dengan orang-orang yang menerapkan atau membagikannya secara langsung kepada banyak orang? Wah, sepertinya membayangkan  betapa banyak kebaikan yang membersamainya saja kita tidak bisa.

خير الناس أنفعهم للناس
"Sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat."

"Aku bukan orang yang berpengaruh, dikenal banyak orang pun tidak. Jadi, bagaimana cara ku bermanfaat untuk orang lain?"

Kata Kang Daan, orang yang sangat berhak akan ilmu yang telah kita dapatkan adalah orang tua kita, pasangan, anak, saudara, sahabat. Intinya? Yep, orang terdekat. Kita mulai dari sana, Ring 1 kita. Berproses bersama menuju kebaikan, hingga kita jadi baik bersama dan pantas untuk dibersamakan di surgaNya kelak, InsyaAllah. Jadi, kalau ada teman atau kerabat yang posting reminder, kajian, ilmu² baru, jangan menjudge apapun, kalau kita menjudge, berarti ada yang salah dengan hati kita. Urusan niat biar saja menjadi urusan yang memposting dengan Rabbnya. Yang harus kita tau adalah, dia sedang berusaha mengajak kita berjalan menuju surga bersama. Analoginya, saat ada teman kita yang mengajak kita menyebrangi jurang lewat jembatan, berarti dia peduli dengan kita, dia mau kita ikut menyebrang lewat jembatan itu bersama-sama. Kalau kita menolak dan malah memilih jalan curam dan penuh bahaya, ya, itu sih pilihan, hehe, mungkin yang memilih itu suka akan tantangan? 😅.

Intinya adalah..... Mulai dari postingan ini, InsyaAllah blog ini akan berisi konten-konten yang lebih bermanfaat, ngga galau² mulu ya, udh ga jaman, wkwk, cupu dasar! Walau ku tau blog ini ngga ada yang baca, setidaknya kewajibanku untuk menuangkan ilmu sudah berkurang walau sedikit 😅. Siapa tau ada yang ngga sengaja nemu terus baca kan, wkw. Yah, ikhtiar aja, bismillaah semoga besok-besok bisa menebar kebermanfaatan yang lebih luas lagi.

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan adalah Doa: Pascasarjana ITB

Dattebayo.

Ucapan adalah Doa : Awardee LPDP 2019