Idul Adha yang Istimewa


Idul Adha, banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil dari hari besar islam yang satu ini dan mungkin akan menjadi suatu kerugian bagi kita yang hanya menikmati euforianya tanpa memahami dan mengamalkan pelajaran yang terkandung dalam tiap kejadian yang melatarbelakanginya.

”Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf: 111)

Membahas mengenai Idul Adha, tak akan luput dari cerita bapak para nabi, Ibrahim 'Alaihissalam.
Keteguhan imannya melahirkan dalamnya cinta dan ketaatan kepada Allah, hingga hari ini namanya dan keluarganya masih sering kita sebut-sebut dan bahkan dijadikan tauladan bagi seluruh umat islam. Ibadah haji dan berkurban pun merupakan suatu ibadah yang Allah perintahkan melalui kejadian-kejadian yang terjadi pada keluarga Nabi yang mulia ini.
Di antara teladan Nabi Allah ini yaitu:

1. Pendekatan diri demi cinta kepada Allah

Masih ingat kisah Nabi Ibrahim saat mencari Tuhan yang sebenarnya? Beliau tidak habis pikir mengapa waktu itu orang-orang pada zamannya menyembah berhala yang bahkan hanya merupakan sebuah batu yang dipahat. Cinta itu mulai tumbuh dalam hatinya, bahkan sebelum Ibrahim mengenalNya. Rasa cinta dan sayang yang kuat tersebut membawanya bertemu dan mendekat dengan penciptanya, Allah. Hingga Allah pun menyebutnya sebagai kekasih Allah

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kekasih(-Nya) (QS An Nisa: 125).

Kecintaan pada Allah yang amat dalam ini pun menjadi salah satu jalan mengapa Allah menolong Ibrahim saat melawan Raja yang sangat fasik, Namrud, bahkan hingga ia selamat walau dibakar hidup-hidup.

Pernah dengar cintailah Allah, maka Allah akan mencintaimu?

“Katakanlah (Muhammad), Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imran 3:  31)

Saat sudah Allah cintai, seperti Nabi Ibrahim, apapun ujian dan rintangan yang dihadapi, insyaAllah akan diberikan keteguhan hati, dan kemampuan di luar logika manusia untuk menghadapi semua yang telah Allah takdirkan. Maka, jangan pernah berhenti mencintai Allah apapun kondisi yang telah menimpa, andil Allah selalu ada di setiap rencanaNya untuk kita.

2. Tetap menghormati dan menyayangi, serta mendoakan orang tua, meski berbeda pendapat

Ayah Nabi Ibrahim adalah seorang pembuat berhala dan sejak masih muda, Nabi Ibrahim telah menentang penyembahan berhala itu. Hal ini membuat Ibrahim dan ayahnya selalu berselisih pendapat. Namun, hal ini tidak membuat Nabi Ibrahim serta merta membenci dan marah pada ayahnya. Tetapi justru membuat Nabi Ibrahim semakin banyak berdoa, agar Allah berikan ampunan dan hidayah untuknya.

Dia (Ibrahim) berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku (QS Maryam: 48).

Berkaca dari banyak kejadian mengenai hubungan anak dan orang tua belakangan ini, semoga kita semua dapat senantiasa menjadi anak yang berbakti seperti apapun orang tua kita dan kelak saat menjadi orang tua, bisa memberikan teladan yang baik agar tidak terulang siklus yang buruk antara hubungan orang tua dan anak ini.

3. Senantiasa berdoa, bertawakal kepada Allah dan tak lupa berikhtiar

Penantian panjang Nabi Ibrahim yang sangat menginginkan keturunan untuk meneruskan perjuangannya, membuat Nabi Ibrahim tak lelah untuk berdoa kepada Allah.

Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang sholih. (QS. Ash Shaffat: 100)

Setalah berpuluh-puluh tahun menanti, akhirnya Allah berikan kabar gembira dengan lahirnya Nabi Ismail 'Alaihissalam. Namun, tak cukup sampai di situ, ujian Nabi Ibrahim belum selesai. Setelah menanti dalam waktu yang cukup lama, Allah memerintahkan Ibrahim membawa dan meninggalkan anak serta istrinya, Bunda Hajar, di tempat yang sangat tandus. Bagaimana rasanya sebagai seorang ayah harus meninggalkan anak dan istrinya di tempat yang nampaknya tak ada kehidupan? Namun, lagi-lagi rasa cinta kepada Allah mengalahkan semuanya. Begitu pun saat Hajar bertanya-tanya, mengapa Ibrahim meninggalkan mereka berdua di tempat tandus seperti itu. Tapi saat Hajar akhirnya bertanya, "Apakah ini perintah Allah?" dan Ibrahim mengiyakannya, jawaban yang sangat luhur keluar dari lisan Hajar, "Jika ini perintah Allah, Dia sekali-kali takkan pernah menyia-nyiakan kami.”

Akhirnya, pada saat itu juga, Bunda Hajar dan Ismail, berjuang untuk bertahan hidup. Hajar tak serta merta menerima nasibnya, ia terus berikhtiar seoptimal mungkin. Saat Ismail menangis kehausan, Hajar berlari-lari kecil dari shafa ke marwah lalu kembali lagi, dan seterusnya, hingga sampai suatu titik, keajaiban Allah datang. Air itu muncul dari bawah kaki Nabi Ismail, yang sampai hari ini air tersebut masih mengalir, ialah air zamzam. Dan berlari-lari kecilnya Hajar sampai hari ini dikenal sebagai sa'i yang merupakan salah satu rangkaian dari ibadah haji.

Doa, tawakal dan ikhtiar, bukanlah merupakan suatu hal yang akan terlihat hasilnya secara instant. Seperti apa yang dilakukan oleh keluarga Nabi Ibrahim ini, doa Nabi Ibrahim terkabul setelah berpuluh-puluh tahun ia selalu meminta dikaruniai seorang anak, Ismail 'Alaihissalam. Tawakal Nabi Ibrahim dan Bunda Hajar, terjawab setelah bertahun-tahun bahwa sekarang tempat itu adalah tempat yang paling dimuliakan di bumi ini, Makkah Al Mukarramah. Buah dari ikhtiarnya Bunda Hajar pun masih dapat kita nikmati hingga hari ini, air zamzam. Bayangkan jika Nabi Ibrahim saat itu berhenti berdoa untuk mempunyai anak? Bayangkan jika Nabi Ibrahim menolak perintahNya untuk meninggalkan istri dan anaknya di tempat yang sangat tandus tersebut? Bayangkan jika Bunda Hajar tidak mau berikhtiar dan hanya berpangku tangan pada Allah saat harus berjuang seorang diri mencari air untuk Ismail? Apakah semua yang kita nikmati hari ini akan ada?

Allahuakbar. Maka, janganlah berhenti berdoa, bertawakal serta ikhtiar seoptimal mungkin. Jika memang tidak kita rasakan manisnya hari ini, mungkin akan dirasakan oleh anak cucu kita kelak.

4. Taat tanpa tapi membuat pengorbanan menjadi bukti cinta yang hakiki

Katanya, salah satu bukti cinta adalah rela berkorban. Itulah yang Nabi Ibrahim lakukan untuk membuktikan cintanya pada Allah. Setelah bermimpi mendapat perintah untuk menyembelih anaknya, Ibrahim berbicara dengan hati ke hati kepada anaknya, Ismail. Dan tak disangka, jawaban Ismail begitu menentramkan jiwa.

"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." (QS As Saffat: 102)

MasyaAllah. Begitulah jika sudah cinta, apapun perintah dan laranganNya, tak akan pernah berpikir dan bertanya-tanya lagi, taat tanpa tapi, karena selalu yakin, jika Allah pasti akan meminta dan merencanakan apa yang terbaik dari dan untuk kita.

Jadi, sudah berapa tahun ikut merayakan hari besar ini? Semoga kita bukan termasuk golongan yang hanya larut dalam euforia semata, melainkan menjadi bagian dari mereka yang bisa mentadabburi hikmah dari setiap kisah.

Selamat Idul Adha 1441 H, Idul Adha yang sangat spesial, karena tahun ini kita berada di tengah pandemi, dan yang dipanggil ke Baitullah hanyalah orang-orang terpilih dari yang sudah dipilih sebelumnya. Betapa istimewa. Ingat, selalu ada hikmah di setiap kisah :).

Ibadah Haji 1441 H

Sumber:

Khutbah Shalat Idul Adha 1441 H

Comments

Popular posts from this blog

Ucapan adalah Doa: Pascasarjana ITB

Dattebayo.

What doesn't kill you, makes you stronger!