Refleksi Diri: Seperempat Abad

"Bertambah satu tahun, berlalu satu tahun, berarti akan semakin mendekat kepada kematian."

Waktu terus berlalu, dentingan detik pada arloji terus berganti menjadi menit, hari, minggu, bulan, dan tak disangka, 25 tahun sudah Allah berikan aku kesempatan untuk senantiasa mencari bekal agar perbekalan ku cukup jika telah tiba waktunya aku untuk kembali pulang kelak.

Semakin bertambah usia, euforia di tanggal ini memang semakin berbeda. Teringat jelas di ingatanku, saat-saat aku dipakaikan baju terbaik di tanggal ini dan ada kue cantik tak lupa lilin di atasnya sampai umur ku menginjak masa sekolah, diajak makan ke McD atau KFC, wkwk, dulu dua tempat itu adalah tempat bersejarah karena bapak akan mengajak ke sana hanya saat ada momen-momen tertentu. Diberikan kejutan oleh teman-teman, tak jarang dilengkapi dengan siraman air serta tak lupa diberikan ceplokan telur dan terigu, haha, iconic sekali.

Semakin bertambah usia, aku pun semakin mengerti. Tibanya kembali aku di tanggal kelahiran, bukanlah hal yang harus aku banggakan. Ini semata-mata hanyalah pengingat, bahwa aku sudah setahun lebih dekat dengan habisnya jatah umurku di dunia ini. Waktu yang tepat untuk merefleksikan diri, mengevaluasi hal-hal apa saja yang menjadi hambatan, yang harus ditingkatkan, yang harus dihilangkan, yang harus ditambah, atau yang harus dikurangi. 

Seperempat abad. Begitu banyak hal telah terjadi, yang bahkan sampai hari ini aku masih belum paham makna di balik setiap kejadiannya. Begitu banyak orang datang dan pergi silih berganti, yang juga aku belum mengerti mengapa bisa hidupku sempat beririsan dengan kehidupan mereka yang telah pergi. 

Seperempat abad, bukanlah waktu yang singkat untuk mempelajari makna hidup, namun, bahkan dengan waktu yang tidak singkat itu pun aku masih merasa belum dapat belajar banyak hal. Tak jarang, aku pun masih mengulangi kesalahan-kesalahan yang telah sebelumnya ku lakukan. Masih juga sering mempertanyakan banyak hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dipertanyakan. Lebih parah lagi, saat sedang dalam titik lemah ku, aku pun suka bertanya-tanya mengenai rencanaNya untuk ku kelak akan seperti apa. Dan pada titik ini, hal yang selalu aku pertanyakan pada diriku adalah "Apakah aku memang pantas telah Allah berikan segala kenikmatan yang begitu istimewanya di dunia ini? Mengapa aku? Mengapa Allah begitu sayang dengan ku di saat aku masih sering lalai bahkan dalam menjalankan kewajiban ku?"

Allah.

Sungguh. Mengingat betapa Allah begitu sayangnya padaku, hingga aku digiring sedemikian rupa untuk tetap tumbuh di tengah-tengah orang baik, di saat ada banyak sekali kesempatan untuk ku mengambil jalan yang lain, membuat ku tak henti untuk bersyukur dan selalu berharap Allah akan terus menuntun jalanku hingga kelak aku memang tak sanggup lagi untuk berjalan.

Teringat salah satu tulisan dalam buku Semua ada Saatnya, karya Syaikh Mahmud Al Mishri pada bab yang berjudul Cukup Bagimu Enam Perkara. Enam hal ini sangat berhubungan dengan kehidupan kita yang tak jarang terlalu menggenggam dunia dan bisa juga menjadi pengingat saat diri dirasa akan mulai tersesat. 

Saat seorang guru bertanya pada muridnya, apa yang sudah muridnya pelajari setelah belajar dengannya selama 30 tahun. Muridnya pun menjawab, ada 6 perkara:

1. Rezeki, apapun bentuknya, bukanlah hal yang harus dikhawatirkan, diragukan apalagi dipertanyakan, karena sejatinya, "dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya." (Hud: 6). Murid itu kemudian mengatakan, "Maka, aku tidak ingin menyibukkan hatiku terhadap sesuatu yang telah dijamin Allah Yang Maha Kuat dan Kuasa."

Ah, ini. Sudahlah tak asing, namun untuk realisasinya, cukup sulit. Terlebih, di usia yang seharusnya sudah cukup matang ini dan melihat semakin banyak teman yang memulai amanah baru menjadi seorang istri, bahkan seorang ibu. Beruntungnya, bapak dan ibu, tidak terlalu memusingkan keputusan ku sampai saat ini, di saat setiap ada saudara yang bertanya ke bapak ibu, pasti mereka tak lupa untuk bertanya, "Dian belum mau nikah itu?" wkwkwk, gemashhhhh!

Padahal jelas sekali tertera pada surat Hud ayat 6 itu, semua rezeki kita telah Allah atur sedemikian rupa. Teringat, perjalanan hidupku selama seperempat abad ini. Banyak sekali "Oh Moment" di saat aku mengetahui, mengapa aku tidak diberikan kesempatan untuk mendapatkan suatu hal yang aku inginkan, atau mengapa aku tidak diberikan suatu kesempatan pada waktu itu, tapi di waktu yang lain. Mengetahui dan memahami, bahwa Allah lah yang mengetahui apa yang terbaik untuk ku, membuat sisi penerimaan dalam diriku menjadi lebih luas. Hal inilah yang sangat dibutuhkan, bukan hal yang mudah, tapi memang perlu kembali untuk selalu diingatkan dan dikuatkan, agar perkara yang satu ini benar-benar tertanam dalam diri.

2. Kata muridnya, "aku melihat setiap manusia itu memiliki teman tempat ia mencurahkan rahasianya dan mengadukan perkaranya, akan tetapi mereka tidak bisa menyimpan rahasia dan tidak dapat menolak ketetapan. Maka, aku jadikan amal shaleh sebagai temanku agar amal shaleh itu menjadi penolong bagiku ketika hisab dan meneguhkanku di hadapan Allah, menemaniku pada titian shirathal mustaqim."

Yep, sebanyak apapun teman di dunia, kelak saat di akhirat kita hanyalah sendiri, bersama dengan amal yang kita bawa. Maka, bertemanlah sewajarnya, jangan terlalu bergantung pada mereka. Tak lupa untuk memperbanyak kebaikan dan amal shaleh, sekecil apapun kebaikan dan amal itu, karena tidak ada yang tau, kebaikan dan amal mana yang akan menjadi penolong kita di akhirat kelak. Namun, jika teman yang kita punya adalah mereka yang selalu mengingatkan kita dengan Allah, maka, teman seperti itu memang harus diperbanyak dan digenggam erat. Karena mungkin kelak, saat mereka masuk surga namun kita tersesat di pintu sebelah, maka mereka bisa menjadi salah satu perantara yang akan menolong kita agar tidak tersesat terlalu lama. 

Salah satu hal yang membuat ku teramat bersyukur setelah diberikan nikmat hidup selama seperempat abad ini adalah, Allah selalu kirimkan aku orang-orang yang shalih, baik, teman-teman yang tak hanya mengingatkan ku akan riuhnya dunia, tapi mereka juga yang mengingatkan ku untuk lebih dekat kepada Sang Pencipta. Dimanapun tempatnya aku singgah, Allah selalu mengirimkan teman-teman baik yang cukup untuk menjagaku agar tetap berjalan pada jalur yang telah Allah tetapkan. Besok kalau ngga liat aku ada di surga, tolong panggil ya.. :"

3. Setiap orang biasanya memiliki musuh, namun musuh yang mendzalimi dan menyakiti bukanlah musuh yang sebenernya, melainkan karena mereka, kita menjadi punya pengingat bahwa kita tidak bisa melakukan hal buruk yang sama dengan orang lain, karena kita telah tau, bahwa orang lain tidak akan suka dengan perbuatan tersebut. Sedangkan musuh sebenarnya yang sejati adalah nafsu dan sifat cinta duniawai kita yang mendominasi. Ini menjadi hal yang harus sangat diperhatikan karena akan menjauhkan kita dari Yang Menggenngam Hati. 

Maka, doa yang tak pernah luput ku panjatkan setiap waktu adalah, Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi 'Ala Diinik. Agar Sang Maha Menggenggam Hati, selalu menjaga diri ku untuk tetap berjalan sesuai dengan jalurnya, sehingga sebanyak apapun musuh yang ditemui, aku tak lagi takut karena percaya bahwa Allah lah yang menggengam segala yang ada pada diriku. Jika aku futur dan menjauh, itu semata kualitas diriku yang sedang jauh dari yang menggenggam hati, sehingga tak ada yang menjaganya agar tetap stabil. Namun, saat ku sedang berjalan on the track, itu berarti Allah lah yang sedang menjaga ku, dengan sebaik-baiknya penjagaan. 

4. Setiap manusia dituntut akan bertemu dengan malaikat maut jika saatnya telah tiba. Dengan demikian, tak ada lagi alasan nanti untuk mempersiapkan diri bertemu dengannya, karena tak ada yang tau bukan? Bahkan mungkin sedetik kemudian, bisa saja malaikat Izrail telah ada di samping ku? Tanpa peduli berapapun usianya, karena berapa usia seseorang saat meninggal tak akan pernah Allah tanyakan, namun untuk apa usia tersebut dihabiskan adalah hal yang harus selalu diingat, agar dapat menjadi pengingat bahwa hidup di dunia ini memang hanya sementara dan untuk apa waktu masa hidup kita dihabiskan akan dipertanyakan dan dipertangguangjawabkan di hadapanNya kelak.

5. Banyak orang yang saling mengasihi dan ada juga yang membenci. Adanya nafsu dan penyakit hati lain yang menguasai hati seseorang tak jarang dapat memicu pertikaian hingga akan saling membenci. Maka, perlakukanlah orang lain seperti apa yang kita ingin orang lain memperlakukan kita.

Bertemu dengan beragam sifat manusia selama 25 tahun ini membuat ku paham bahwa keinginanku tidak selalu selaras dengan keinginan orang lain. Hal ini mengajarkanku untuk lebih bisa menahan ego dan berusaha untuk menghargai orang lain. Memang dalam beberapa kasus, aku tak bisa menyelesaikannya dengan baik, sehingga membuat hubungan ku dengan beberapa orang yang dahulu begitu hangat, kini sangat dingin. Namun, hal ini membuatku belajar lebih banyak, dan berjanji pada diri sendiri untuk tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama. Maaf sebesar-besarnya jika ada yang membaca tulisan ini dan merasa pernah ku kecewakan, merasa pernah ku sakiti. Tak ada niat sedikitpun untuk seperti itu. Aku selalu berdoa, semoga Allah melapangkan hati teman-teman yang pernah tak sengaja aku sakiti, agar membuka pintu maaf yang sebesar-besarnya bagi ku. karena mungkin, ketidakridhaan mereka pada apa yang telah aku lakukan akan menjadi salah satu hal yang menyulitkan ku di akhirat kelak, dimana dosa ku pun padahal begitu banyak. Tolong, maafkan aku, ya.

6. Setiap orang yang menempati suatu tempat, kelak pasti akan meninggalkan tempat yang ia diami.

hfft. Teringat, saat hari dimana aku harus melangkahkan kaki ku untuk benar-benar pergi dari Solo. Aku menangis di ruang tunggu Adi Sumarmo. Mengingat begitu banyak kenangan dan pelajaran yang aku dapatkan di kota itu, membuat ku takut, akankah aku bertahan dan tetap bisa menjaga segala apa yang aku sudah dapatkan di sana. Namun, semakin sering berdiam di suatu tempat dan mengetahui jika suatu saat nanti akan pergi, membuat ku semakin paham bahwa dimana pun aku berada sekarang di dunia ini, semua itu memang hanyalah tempat singgah. Aku akan selalu berpergian dari satu tempat ke tempat lain selama aku masih mau melangkah. Hingga tiba suatu saat nanti, aku benar-benar akan pulang ke tempat pulang yang sesungguhnya. 

Seperempat abad. Hal yang berlalu, biarlah dijadikan pelajaran. Enam perkara yang telah dipelajari murid tersebut membuatku mereview banyak hal yang telah aku pelajari selama 25 tahun ini. Hal baik dan buruk yang telah terjadi dan membekas pada diri, tak jarang akan membuat seseorang tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh. Katanya, "what doesn't kill you, makes you stronger."

Allah.

Terimakasih banyak telah memberikan ku banyak kesempatan untuk belajar.

Harapanku tak muluk. Semoga, ku masih bisa memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang masih Engkau berikan kelak untuk melakukan banyak kebaikan.


Selamat kembali bertumbuh, Febri!

12022021




Comments

  1. Feb, selamat ulang tahun. Doanya udh aku ucapin dalem hati. Bye!

    Dari temen sekasurmu dulu, Amal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ngekek, tak kira apa, wkwkwkw 😂. Ku aamiin kan doa dalam hatimu ya Mal! Terimakasih banyaaak💕

      Delete
  2. Barakallah fii umrik, Feb! Terimakasih kamu selalu ada dan selalu mengerti aku, baweelkuu, aku kangen!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Really can't wait for the next meet up one day, insyaAllah💕!

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ucapan adalah Doa: Pascasarjana ITB

Dattebayo.

Ucapan adalah Doa : Awardee LPDP 2019