Posts

Showing posts from 2019

Ucapan adalah Doa: Pascasarjana ITB

Image
"Siap, nanti kamu lanjut kuliah di sana, aku di ITB ya!" Masih teringat jelas percakapan 2 insan di siang hari, yang entah bagaimana, ternyata sepertinya percakapan ringan tersebut terbawa oleh angin hingga sampai ke 'Arsy-Nya dan Sang Maha Mendengar pun mengabulkannya. Itulah mengapa, ucapan adalah doa, kan? Maka berucaplah yang baik-baik karena kita tidak pernah tau ucapan mana yang akan sampai ke 'Arsy-Nya. Idealis memang, mahasiswa S1 yang sudah memimpikan untuk melanjutkan kembali studinya ke jenjang yang lebih tinggi sejak memasuki tahun ke-dua kuliah. Tidak tanggung-tanggung, Jepang menjadi suatu mimpi yang tertempel di dinding, sebagai negara tujuan selanjutnya untuk kembali menimba ilmu. Saat itu, yang ada di benakku adalah selama mimpi masih gratis, kenapa tidak? Aku hanya bisa berusaha dan untuk hasilnya? Pasti sudah ada yang mengatur :D. Dibuat sejak tahun ke-dua masa kuliah S1 (bahkan masih ku simpan sampai hari ini) Waktu terus berjalan

But Allah Will

Sudah berhari-hari sejak aku memutuskan berusaha untuk menutup lembaran lama. Ku kira seiring waktu berjalan, semuanya akan kembali baik-baik saja, tapi ternyata, semakin aku memberi jarak, pada saat yang sama juga aku semakin merasakan ketidaktenangan.  Ada yang bilang "t ime will heal ". Tetapi jika waktu-waktu yang telah dilalui tersebut diisi oleh ratapan, kesedihan dan penyesalan, bagaimana bisa menyembuhkan? Kata @ adjiesantosoputro , ketidaktenangan itu asalnya adalah dari pikiran kita sendiri, yang enggan beranjak dari kenangan masa lalu dan juga masih tidak bisa terima kalau hari ini dan masa lalu itu berbeda. Terperangkap dalam ilusi dan drama yang dibuat sendiri. Menyedihkan sekali. Luka memang membutuhkan waktu untuk sembuh. Namun jika hanya mengandalkan waktu, bertahun-tahun menunggu pun sakit dari luka itu akan tetap ada. Butuh niat dan upaya, terlebih penerimaan pada diri jika hati ini memang pernah terluka oleh harapan yang dibuat-buat sendiri.  D

Quarter Life Crisis? Siapa Takut!

Image
Tak jarang, dulu saat kita masih kecil, ingin sekali segera tumbuh menjadi dewasa. Melihat kehidupan orang dewasa yang hidup dengan lebih bebas tanpa ada aturan yang sangat mengikat, seperti harus tidur siang, mengerjakan pr, makan tepat waktu. bisa main kapanpun dan kemanapun bersama teman-teman, bisa jadi dokter, pilot, polisi dan pekerjaan keren yang lainnya. Wahhh, indah sekali pokoknya bayangan menjadi orang dewasa dulu. Namun, saat sudah memasuki masanya, tak jarang juga yang ingin kembali lagi ke masa kanak-kanak, dimana semua sudah diatur, ngga pusing mikir nanti makan apa, siang pulang sekolah bisa tidur, gizi masih ada yang mengatur, hal terberat yang dipikirkan hanyalah pr dari ibu dan bapak guru dan tidak pusing menentukan harus melangkah kemana, karena semua sudah ada jalurnya, setelah TK pasti lanjut ke SD, setelah SD lanjut ke SMP, setelah SMP lanjut ke SMA. Nah, masa yang rawan adalah terjadi setelah SMA, karena masing-masing pasti akan mempunyai jalannya sendiri, en

Hikmah Pertemuan: Tetaplah Berproses

Image
Lagi dan lagi, setiap pertemuan yang telah digariskan pasti ada hikmah yang bisa didapatkan. Hari itu, aku melakukan perjalanan sendirian. Salah satu perjalanan dalam serangkaian langkah untuk menjemput masa depan. Aku dipertemukan dengan seorang wanita, yang bisa ku sebut beliau sebagai salah satu wanita tangguh. Di umurnya yang baru 33 tahun, beliau sudah mempunyai 3 orang anak, pekerjaan yang nyaman dan bahkan, beliau masih bertekad untuk kembali melanjutkan pendidikannya. Di sepanjang perjalanan ku banyak berbincang mengenai banyak hal kehidupan (Entah kenapa, aku memang mudah sekali akrab dengan orang lain, terlebih jika mempunyai pandangan yang sama). Khususnya, aku memintanya untuk berbagi cerita soal beliau, dari sebelum sampai pasca menikah. Salah satu kalimat yang sangat ku ingat darinya adalah "Febri sudah menikah?" "Heee, ku baru aja lulus kemarin mbak, masih 23 tahun 😅" "Loh, aku 23 tahun sudah menikah loh waktu itu." "He

Mengambil Jarak

Image
Sore hari itu, aku merasa kacau sekali. Pikiran-pikiran liar yang selalu ku tolak untuk hadir di hariku seketika merengsek masuk tanpa memberiku jeda untuk mengusirnya. Hari itu aku kalah. Banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan, tetapi sama sekali tak bisa ku sampaikan, bahkan hingga detik ini tulisan ini ku tuliskan. Mengambil Jarak. Pada akhirnya, itulah yang aku putuskan. Menjaga setiap jengkal perasaan yang telah dianugerahkanNya. Membiarkan semua pertanyaan yang tersimpan menjadi misteri. Hingga kelak nanti, takdir yang akan menjawabnya sendiri. Menciptakan jarak sama sekali bukanlah hal yang mudah. Dengan menciptakan jarak, itu berarti seseorang telah menyerahkan semua akhir ceritanya pada Sang Sutradara. Tanpa kembali berharap berada dalam alur dan latar cerita yang sama. Sebenarnya aku pun bertanya-tanya, apakah semua ini benar? Apakah keputusan ku untuk mengambil jarak ini tepat? Apakah aku salah jika ku ambil suatu langkah untuk menyembuhka

Semangatmu Tak Boleh Mati, Semangat!

Image
“Tidak ada kata yang bisa saya ucapkan, kecuali bersyukur dan terus bersyukur”. Saya Febriati Dian Mubarokah, panggil saja Febri, mahasiswi Bidikmisi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret dan sekarang saya sudah berada di semester 5. Perjuangan yang begitu panjang dan tentunya inilah hal yang membuat saya tak bisa henti-hentinya untuk bersyukur. Banyak dari teman saya di kampus yang tidak percaya kalau saya merupakan mahasiswi bidikmisi. Alasan? Salah satu alasan mereka yang tidak percaya adalah karena saya berasal dari daerah yang bisa dibilang cukup maju dan mungkin teman-teman menilai semua penduduk di kota ini berada dalam situasi ekonomi dan pendidikan yang memadai. Hanya untuk membuka pikiran teman-teman saja, tidak selalu penduduk kota berada pada situasi yang memang   diinginkan, kadang mereka terjebak dalam situasi yang membuat semuanya terlihat begitu sulit. Bahkan dari beberapa teman kecil di sekitar rumah, hanya sebagian yang beruntung mendapatkan kesempatan unt

We're what We Think and what We Feel

Image
Kata orang, pagi hari itu dapat menjadi penentu mood seseorang dalam satu hari. Begitu juga bagiku. Hal ini membuatku mengusahakan tiap pagi harus mendapat suntikan semangat, entah itu mendengar kajian, baca-baca sesuatu, melihat akun ig ibuknya kirana, dengerin playlist YouTube atau hal lain sesuai dengan keadaan. Sampai suatu hari, karena kegiatan yang sudah sedikit, tak sempetin streaming kajiannya AA Gym di Darut Tauhid, beliau live setiap pagi ba'da subuh. Hal yang ku suka dari tausiyah-tausiyahnya beliau adalah menekankan pada Tauhid. Hanya Allah lah segala-galanya. Senang? Ingat Allah. Berhasil? Ingat Allah. Sehat? Ingat Allah. Jatuh? Ingat Allah. Sakit? Ingat Allah. Sedih? Ingat Allah? Patah hati? Ingat Allah. (Loh apa itu yang terakhir? Wkwk). Tapi ya memang benar, karena apapun yang terjadi pada diri kita itu memang sudah ditakdirkan, sudah digariskan. Allah yang kasih, Allah juga yang akan mengambil. Iya, yang seperti ini memang sangat dibutuhkan terlebih untuk ku yan

Kabar baiknya...

Image
Seseorang yang dekat denganmu, suatu hari bisa saja bergerak menjauh meninggalkanmu. Seseorang yang selalu ada di tiap harimu, suatu hari bisa saja pergi dengan jejak yang hilang tersapu angin melewatimu. Seseorang yang menjadi sumber semangatmu, suatu hari bisa saja jadi yang mematahkan semangatmu. Seseorang yang selalu berjalan beriringan, suatu hari bisa saja menjadi berjalan berlawanan dengan mu. Seseorang yang selalu menjadi tempatmu berbagi cerita, suatu hari bisa saja menghilang membawa seluruh ceritamu. Seseorang yang sudah kau percaya sebegitunya, suatu hari bisa saja melukai kepercayaan mu, bahkan meninggalkan luka yang teramat sulit untuk dihilangkan oleh mu. Ya, suatu hari, bisa saja hal-hal yang tidak kita harapkan akan terjadi, namun karena izinNya, semua bisa terjadi. Kabar buruknya, kita akan merasakan kehilangan yang sangat amat, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Kita tidak bisa menyalahkan seseorang akan perubahan yang terjadi pada dirinya, kare