Mengambil Jarak



Sore hari itu, aku merasa kacau sekali. Pikiran-pikiran liar yang selalu ku tolak untuk hadir di hariku seketika merengsek masuk tanpa memberiku jeda untuk mengusirnya. Hari itu aku kalah. Banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan, tetapi sama sekali tak bisa ku sampaikan, bahkan hingga detik ini tulisan ini ku tuliskan.

Mengambil Jarak.

Pada akhirnya, itulah yang aku putuskan. Menjaga setiap jengkal perasaan yang telah dianugerahkanNya. Membiarkan semua pertanyaan yang tersimpan menjadi misteri. Hingga kelak nanti, takdir yang akan menjawabnya sendiri.

Menciptakan jarak sama sekali bukanlah hal yang mudah. Dengan menciptakan jarak, itu berarti seseorang telah menyerahkan semua akhir ceritanya pada Sang Sutradara. Tanpa kembali berharap berada dalam alur dan latar cerita yang sama.

Sebenarnya aku pun bertanya-tanya, apakah semua ini benar? Apakah keputusan ku untuk mengambil jarak ini tepat? Apakah aku salah jika ku ambil suatu langkah untuk menyembuhkan hati yang sempat rapuh? Karena yang aku tahu adalah jika seorang anak manusia meninggalkan suatu hal karena ingin lebih mendekatkan diri kepada penciptanya, maka kelak Sang Pencipta akan memberikan kepada anak manusia tersebut yang lebih baik menurutNya.

Maaf, jika pada hari ini aku masih memberikan jarak. Karena sampai hari inipun, bagian puzzle kehidupan ku yang pernah kau ambil, belum dapat ku tutupi kekosongannya. Namun, yang dapat ku simpulkan pada akhir kalimat mu di kertas itu adalah seseorang memang akan kembali berjumpa pada suatu masa kelak, entah kembali menjadi sosok yang periang atau kembali menjadi orang asing yang sama sekali tak dikenal atau mungkin... disatukan bersama kembali di surga Nya kelak sebagai sahabat yang saling memberi syafaat?

Wallahu'alam...

Yang jelas, apapun keadaannya hari ini, semoga kita senantiasa berada dalam lindunganNya 🙏.


Comments

Popular posts from this blog

Ucapan adalah Doa: Pascasarjana ITB

Dattebayo.

Ucapan adalah Doa : Awardee LPDP 2019