Belajar dari Rasa Kecewa




Kecewa [ke.ce.wa]
Adjektiva
Kecil hati; tidak puas (karena tidak terkabul keinginannya, harapannya, dsb)



Sudah tidak asing dengan kata kecewa? Atau malah sering dikecewakan? Atau jangan-jangan sering membuat orang lain kecewa kepada kita?

Istighfar dulu coba yuk, sebelum baca lebih lanjut. Semoga kita menjadi orang-orang yang diberikan ampunan olehNya karena telah berharap lebih selain kepadaNya. Loh, kenapa? Karena rasa kecewa itu muncul tak lain dan tak bukan karena kita menaruh harapan lebih terhadap makhluk, yang bahkan untuk mengatur hatinya sendiri pun, seorang makhluk tak akan pernah bisa jika tanpa ada andilNya. Lalu, bagaimana bisa kita menaruh harapan itu kepada makhluk? Mungkin jika memang Allah ridha, semua akan baik-baik saja. Namun, saat Allah tidak ridha, harapan itu mungkin akan dipatahkan dan tumbuhlah rasa yang dinamakan sebagai kecewa.

Namun, sebagai seorang makhluk yang bahkan mengatur hatinya sendiri pun sulit, kecewa menjadi hal yang amat sangat wajar. Kita boleh merasa kecewa karena rancangan hidup yang telah disusun begitu rapi tidak berjalan sesuai rencana. Rencana yang telah dirancang seindah mungkin bubar karena cobaan yang datang. Sesuatu yang kita impikan dan usahakan semaksimal mungkin gagal karena sebuah keadaan. Wajar jika kecewa, bukan? Kita manusia, yang dianugerahkan akal dan nafsu, pasti akan merasa sedih, marah, kecewa.

Yang bahaya adalah jika kita tidak bijak dalam mengendalikan rasa kecewa yang muncul tersebut. Jika tidak dapat mengendalikan rasa kecewa dengan baik, akan ada beberapa dampak yang ditimbulkan, di antaranya:

1. Semangat hidup menurun
Iya, karena kecewa jadi males ngapa-ngapain. "Takut dikecewakan lagi oleh dunia, mending aku rebahan, kasur tak akan pernah mengecewakan :(."

2. Melahirkan penyakit fisik
"Yang dapat menyebabkan sakit bukan apa yang kita makan, tapi apa yg memakan kita" - ibnu Qayyim
Karena tidak bisa mengendalikan kecewa, kita bisa sedih berlebihan, malas beraktivitas, bahkan malas makan, pola hidup jadi ndak teratur, ujung-ujungnya sakit hati merambat ke sakit fisik.

3. Selalu mengambil keputusan yg tidak bijak
Karena hati dan pikiran yang sangat sedang tidak sinkron, membuat kita jadi tidak bisa berpikir jernih, yang mengakibatkan keputusan-keputusan yang kita ambil pun tidak dipikirkan secara matang.

4. Mudah tersinggung
Baperaaaan :(.

5. Depresi.
Yep, banyak sekali orang yang sampai ke tahap ini karena pernah dikecewakan. Masalah hati memang serumit itu. Tak bisa disalahkan jika akhirnya seseorang mengalami depresi. Maka dari itu, kita juga harus aware dengan sekitar kita. Selain kita juga harus memahami bahwa dunia ini adalah memang tempatnya penuh dengan rasa kecewa sehingga kita terhindar dari tahap ini, kita juga harus bisa membantu orang-orang di sekitar kita tidak sampai ke tahap depresi dengan menjadi pribadi yang setidaknya tidak pernah mengecewakan. Namun, kembali lagi, karena kita manusia, jika suatu waktu nanti kita memang mengecewakan seseorang, kita harus bisa membuat orang tersebut mengerti. Bahwa kita hanyalah manusia dan berikan pengertian dari awal, bahwa manusia memang sumber dari kekecewaan..
"Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia." Ali bin Abi Thalib
Lalu, jika kita sudah terlanjur kecewa terhadap sesuatu, apa yang harus kita lakukan? Kita harus belajar dari rasa kecewa yang tumbuh tersebut. Rasa kecewa itupun datang dengan izinNya, pasti Allah menitipkan banyak hikmah dalam sebuah rasa, di antaranya:

1. Pahami, bahwa dunia itu memang rumahnya kekecewaan. Maka, jadikan rasa kecewa tersebut menjadi kendaraan untuk menuju tempat dimana tidak akan pernah mengecewakan kelak. Karena hakikat dunia yang harus kita pahami adalah
  • ‌Dunia itu penuh kebosanan
Analogi yang paling sederhana adalah smartphone, jika kita tidak bisa mengendalikan diri, kita akan selalu bosan dengan smartphone yang kita punya sekarang, sehingga selalu ingin membeli keluaran terbaru. Padahal, tiap saat inovasi smartphone pun selalu baru, jika tidak bijak, kita akan dipenuhi kekecewaan dengan apa yang kita punya sekarang dan kemudian bosan, hingg rasa tidak pernah puas akan selalu tumbuh
  • ‌Dunia itu tempatnya diberi ujian, baik itu ujian kenikmatan ataupun musibah
2.  Allah sedang memberikan isyarat, bahwa hanya Allah lah tempat satu-satunya menggantungkan harapan, maka kuatkan rasa berharap hanya padaNya (at talaq: 3). Jika kita terlanjur berharap kepada selain Allah, maka kita juga harus siap, bahwa kekecewaan akan menunggu kita di akhir, karena Allah tak pernah mau diduakan.
Jika memang ingin berharap, kita harus melihat apakah orang tersebut mempunyai 3 tanda seseorang yang mungkin tidak akan mengecewakan, yaitu:
  • Mempunyai cinta yang sangat luas. "Jika kita tidak membingkai segala kegiatan dengan bacaan basmallah, maka kita akan kehilangan keberkahan dari apa-apa yang kita kerjakan" Mengapa dari sekian banyak nama Allah, hanya arrahman dan arrahim yang terdapat dalam bacaan basmallah? Karena arrahman dan arrahim adalah ummul husna, semua nama-nama Allah mencerminkan bahwa Allah sangat-sangat mencintai, mengasihi dan menyayangi hambaNya. Sehingga dengan cinta dan kasih sayang tersebut akan melahirkan banyak kebaikan dan keindahan.
  • Mempunyai kemampuan. Tentu, kemampuan untuk tidak mengecewakan.
  • Dapat dipercaya. Saling mempercayai bahwa tidak akan saling mengecewakan.
Apakah manusia mempunyai ketiga kemampuan tersebut secara utuh? Tentu tidak, karena ketiga tanda itu hanyalah Allah yang memilikinya dengan sempurna. Jadi? Dapatkah kita menggantungkan harapan kita walaupun sedikit kepada manusia?

3. Pahami 4 kaidah dalam hidup untuk dapat mengelola rasa kecewa yang terlanjur tumbuh menjadi bahagia
  • Menyukai. Tidak menyukai sesuatu kecuali apa-apa yang Allah sukai. Dengan begitu, Allah akan ridha dengan apapun yang kita sukai.
  • Menginginkan. Tinggalkan apa yg kita inginkan, belajar menginginkan apa yang Allah inginkan. Berat, sungguh berat. Namun, seringnya kita terlalu banyak keinginan dan meyakini bahwa apa yg kita inginkan itu adalah yg terbaik. Padahal kita tidak tahu apa-apa, tapi seringnya kita juga sok tahu, memaksa bahwa mimpi kita yang terbaik, padahal Allah lebih tau apa yang terbaik untuk kita.
"Karena saat kamu berhasil meninggalkan apa yang kamu inginkan untuk Allah, maka Allah akan datang kepada kamu dengan apa yang lebih kamu butuhkan." 
Tak pernah tidak berkaca-kaca saat membaca kalimat ini. Indah sekali rasanya jika kita bisa sampai tahap ini. Mari terus belajar! 
  • Meyakini, meyakini bahwa yang terbaik adalah pilihan Allah. Manusia tidak akan pernah tau apakah pilihan yang dipilih itu adalah pilihan yang tepat atau tidak. Oleh karena itu, kita harus memilih sesuatu dengan melibatkanNya, istikharah. Kenapa istikharah? Karena kita lemah untuk bahkan sekedar mengetahui apa yg terbaik untuk diri kita sendiri. Dan karena kita tahu, bahwa yang terbaik adalah pilihan Allah. Maka, sertakan Allah dalam setiap langkah dan pilihan yang kita ambil. insyaAllah, rasa kecewa akan terminimalisir.
  • Mengerti, apa kehendak Allah di balik setiap peristiwa. Ada kehendak Allah di setiap kejadian, tugas kita hanya menggali dan mencari hikmah apa yang terselip dibaliknya. Tak perlu iri dengan apa yang Allah anugerahkan kepada orang lain, karena kita tidak tahu, berapa banyak kebutuhan yang ia butuhkan sehingga Allah menganugerahkannya kepada seseorang tersebut dan kita juga tidak tahu, sudah berapa banyak darinya yg Allah ambil untuk sampai kepada tahap itu.
Pasti ada hikmah di setiap kejadian bahkan di setiap rasa kecewa yang muncul pada diri kita. Semoga kita termasuk golongan yang selalu bisa menyadari tiap hikmah yang Ia selipkan.


Kajian Belajar dari Rasa Kecewa
Ust. Dedi Hariadi, L.C
7 Februari 2020
Masjid Trans Studio Bandung


Comments

Popular posts from this blog

Ucapan adalah Doa: Pascasarjana ITB

Dattebayo.

Ucapan adalah Doa : Awardee LPDP 2019